Senin, 18 Januari 2016

After Baking Blue,Saya Kembali Lagi :)


Assalamualaikum, Semua...
Udah lama sekali ya tidak posting di blog ini.
Ada banyak hal yang menjadi alasan atau lebih tepatnya pembenaran bagi saya untuk tidak posting di sini.
Padahal, sadar sekali blog ini sudah terlalu lama dibiarkan berdebu. :D

Saya pikir hanya sekadar malas nge-blog aja, tapi sepertinya menjadi baking blues berkepanjangan.

Bermula ketika begitu banyak pesanan aneka pie dan sebagainya harus saya kerjakan setelah saya membuat page JustyPie di facebook. Alhamdulillah sekali saat itu, sampai rasanya badan remuk.

Tapi ketika sedang sangat bersemangatnya, Ayah saya sakit parah. Saya harus men-cancel semua orderan yang masuk. Saya pergi menengok Ayah saya yang tinggal (sendiri) di Tasik. Lalu saya menemaninya di rumah sakit meski sebentar karena bawa Fatih ke Tasik. Lalu saya kembali lagi ke Jakarta karena kantor saya mulai sibuk menangani perkara Pilkada yang masuk. Tapi semangat saya tertinggal di Tasik. Saya berjanji kepada Ayah saya untuk kembali lagi ke Tasik setelah urusan kantor selesai.

Memang benar saya kembali lagi ke Tasik. Tapi kali itu untuk menemui ayah saya untuk terakhir kalinya..
Insya Allah ayah saya khusnul khotimah.. Aamiin.

Meski ikhlas, ternyata semangat saya ikut hilang.

Dengan dalih banyak pekerjaan kantor, saya tolak berbagai order yang masuk. Padahal hati dan pikiran saya belum siap.

Saya kehilangan semangat baking, di kantor pun rasanya tidak bisa maksimal, kerja sekadarnya saja..

Ternyata saya butuh nangis. Karena sejak ayah saya masuk RS, saya hanya sesekali meneteskan air mata. Bukan tidak sedih, justru saya sangat sedih luar biasa sampai tidak bisa menangis. Berusaha untuk menegarkan diri sendiri saja. Kalau saya sampai menangis, pasti ibu saya pun menangis lagi.

Sampai akhirnya saya nangis sejadi-jadinya di punggung suami saat kami sedang di perjalanan pulang kerja. Rasanya sedikit plong.
Lalu di akhir pekan, saya nge-mall bareng ibu dan ibu mertua saya, Fatih, dan adik saya. Kami nge-mall sepuasnya. Mulai dari mencicipi es cream turki sampai makan takoyaki. Ya, saya baru mencobanya saat itu. :)


Satu pasang sepatu untuk ibu saya dan satu baju model tunik untuk mertua saya juga terbeli saat itu.

Pulang ke rumah, saya mendapatkan perasaan bahagia. Kesedihan saya yang mendalam kembali terobati.

Teman saya yang pesanan klappertaartnya sudah dicancel saat mendengar kabar ayah saya sakit, kembali menghubungi. Ia menanyakan apakah saya sudah siap menerima pesanan lagi. Saya pun menyanggupinya.

Seperti biasa, foto Klappertaart saya diunggah di facebook oleh teman saya itu.

Ternyata, foto klappertaart saya itu dilihat oleh temannya teman saya yang wartawan di Koran Bisnis Indonesia.
Entah karena dia tertarik atau memang dia sedang kepepet :D, akhirnya dia menghubungi saya untuk minta izin wawancara by phone.

Keesokan harinya, hasil wawancara terbit lengkap dengan foto klappertaart saya.
Rasanya senang sekali. Saya posting di page JustyPie di facebook.
Alhamdulillah, postingan kali itu dilihat oleh 3000 orang lebih, meski dengan jumlah share hanya sebanyak 11 orang.

Semangat saya kembali. Hampir 100 persen lagi. :)

Berikut saya kutip hasil wawancara JustyPie di Koran Bisnis Indonesia pada kolom Entrepreneurship,halaman 32, terbitan Selasa 12 Januari 2016.


-------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------




PASAR ONLINE
Usaha pemasaran klapertart tidak hanya dapat dilakukan secara offline. Daripada harus mengeluarkan modal yang cukup besar untuk sewa tempat usaha serta desain interior, pelaku usaha dapat memikirkan pemasaran via online sebagai alternatif berbisnis klapertart.

Yusti Nurul Agustin adalah salah satu pelaku usaha klapertart yang sukses menjalankan bisnis dengan basis online. Perempuan 30 tahun ini mulai terjun dalam bisnis dessert tersebut sejak tahun.

Dia melakoninya sebagai samping an dari aktivitasnya sehari-hari sebagai pegawai di kantor pemerintahan yang berpusat di Jalan Medan Merdeka Barat. Di tengah padatnya aktivitas pekerjaan dan kesibukan mengurus satu anaknya, dia terpikir melakukan bisnis dari hobinya memasak.

“Karena basisnya online dan skala rumahan jadi modalnya pun tidak terlalu besar. Hanya sekitar Rp200.000 dan sampai saat ini terus berputar. Dengan adanya pesanan terus menerus, saya yang tadinya hanya pakai oven kecil sekarang sudah bisa membeli oven besar,”tuturnya.

Mantan jurnalis ini menceritakan dia berani memulai bisnis tersebut lantaran didukung juga oleh mertuanya yang memang senang membuat kue. Kesamaan hobi tersebut membuatnya tidak sulit untuk mengembangkan usaha.

Yusti banyak mengurusi bagian pemasaran. Saat pertama memulai usaha, dia memanfaatkan media sosial pribadinya untuk menawarkan klapertart kepada teman-teman dekatnya. Kemudian, dengan sistem getok tular alias promosi dari mulut ke mulut, pasarnya semakin meluas. Saat ini, kalangan konsumennya tidak hanya teman dari lingkungan pertemanan pribadi.

Dia juga membuat kanal promosi dengan merancang akun khusus di media sosial, seperti @Justypie di Instagram dan Facebook. Saat ini, pesanan yang diladeni Yusti masih dari seputar kawasan Jabodetabek. Setiap hari, dia pasti menerima pesanan baik untuk dikonsumsi pribadi ataupun untuk kegiatan arisan dan kumpul keluarga.

“Produk yang saya buat berbeda dengan klapertart lain. Kalau yang aslinya dari Manado kan menggunakan bahan rum dan vanila yang tidak terjamin kehalalannya. Kalau saya pakai vanila yang halal dan sama sekali tidak menggunakan rum,” kata dia.

Ada beberapa jenis klapertart yang ditawarkan Yusti, yakni klapertart original yang dipanggang, klapertart cappuccino tanpa dipanggang, klaper tart keju panggang, serta klapertart keju tanpa panggang.

Untuk mengakomodasi kebutuhan berbagai konsumennya, dia membuat tiga jenis ukuran kue, yaitu ukuran personal (100 gram), ukuran sedang (500 gram), dan ukuran besar (1 kilogram). Harga yang dibanderol bervariasi tergantung jenis rasa dan ukuran. Untuk varian original, misalnya, dijual mulai dari harga Rp15.000 hingga Rp210.000.

Dalam sebulan, dia dapat menjual sekitar 100 cup klapertart dari berbagai ukuran dan rasa. Adapun, margin laba yang dapat dibukukan sekitar 50% karena tidak perlu mengeluar kan biaya sewa tempat usaha.

Untuk menggencarkan penjualan,Yusti kerap memberikan promo-promo yang membuat pelanggannya tertarik memesan kue. Hampir setiap bulan, dia membuat promosi baru, misalnya, bebas ongkos kirim untuk pembelian dalam jumlah tertentu.
Dia juga menerapkan penjualan dengan sistem pembayaran di tempat. Justy Pie menggunakan kurir pribadi ataupun ojek berbasis online agar produk dapat tiba kepada konsu men secara lebih pasti dan lebih cepat.

Selama menjalankan usaha tersebut, Yusti mengaku tidak menemui kendala yang berarti. Dari segi bahan baku, menurutnya, faktor yang mungkin sering menjadi hambatan adalah ketersediaan kelapa muda.

Sebagai solusinya, dia bekerja sama dengan penyalur kelapa yang dekat dengan rumah produksinya, yakni di Jalan Teratai Putih 2 Gang 5 Nomor 86 Perumnas Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur.

“Kendala lain untuk mengembangkan usaha ini lebih pada faktor pengiriman. Kondisi kue klapertart cukup fragile sehingga tidak bisa dikirim ke luar kota, padahal sejauh ini sudah banyak calon pembeli dari Bandung atau Padang,” katanya.

Melihat pengalaman sejauh ini, menurut Yusti, prospek bisnis klaper tart secara online masih sangat menjanjikan. Itu sebabnya dia masih menyimpan rencana membangun toko untuk jangka panjang. (Ropesta Sitorus)